Nothing Impossible


https://i.ytimg.com/vi/-jp8QXotnIo/maxresdefault.jpg
Youtube : Thierry Caroubi - Nothing Is Impossible

 Saat kedua pilihan itu datang menghampiri, aku tak dapat memilih diantara keduanya. Keduanya amat berarti, beda rupa, sifat, maupun sikap, tapi sama-sama berarti. Tingkatan keduanya memang berbeda, Namun tetap saja ku ingin keduanya. Tak mampu memilih untuk melepaskan dan mempertahankan yang mana.
Aku takut, takut salah memilih dan menyesal di kemudian hari. Karena keduanya memiliki sisi positif dan negatifnya masing-masing. Apakah aku harus melepaskan keduanya? Agar tak ada yang merasa tersakiti? Salah! Melepaskan keduanya pun tetap saja menyakiti semuanya, termasuk perasaanku sendiri. Lalu, aku harus apa?

Deito, Aku bertemu dengannya tiga bulan lalu, ketika tengah mengikuti lomba Paskibra Sejabodetabek. Kebetulan kami menempati barak yang sama, Dan dari situlah kami mulai saling mengenal dan berbagi cerita. Dia laki-laki manis dengan selera humor yang hampir sama denganku, yang belakangan ini baru aku tau bahwa dia satu bintang denganku, Aquarius.
Usiaku dengannya terpaut 1 tahun, Kini aku tengah duduk dikelas 2 SMK, Dan dia dikelas 3 SMK. Bagiku, usia bukan masalah besar jika hati sudah terkait didalamnya. Sebab, pengalamanku belakangan juga selalu dekat dan merasa nyaman pada seseorang yang usianya berada jauh diatasku. Entah Ada apa dengan hal itu, aku tak tau, yang aku tau hanyalah aku merasa nyaman bersamanya.
Dan Akmal, teman satu tempat PKL yang berasal dari sekolah berbeda denganku. Awalnya aku hanya menganggapnya sebagai pengganggu, kenapa? Karena dari awal pertemuanku dengannya, segala tingkahnya hanya membuatku kesal sepanjang waktu. Sikapku memang konyol, tapi dia jauh lebih konyol. Bayangkan saja, setiap kali aku berusaha mengajarkannya suatu pekerjaan yang harus dia kerjakan, dia selalu menjawabnya dengan..
"Alah bising"
"Gak nanya"
"Iya iya udah tau"
Kurang menyebalkan apa coba? Niatku kan baik, Agar ketika masa PKL ku telah usai, dia sudah mengerti apa saja yang harus dikerjakannya, eh malah dijawab seperti itu, siapa yang tidak kesal? Ketika diminta tolong mengerjakan sesuatu oleh seorang karyawan disana, Dan dia tidak mengerti, dia selalu bertanya padaku, Dan ketika aku telah usai menjelaskan padanya, tau apa yang dia katakan? Bukannya "Terimakasih" melainkan "Gak nanya", Makhluk macam apa ini?
Namun, tanpa sepengetahuanku, ternyata Akmal diam-diam menyimpan rasa padaku. Beberapa temannya mengatakan hal yang sama, Namun aku tak percaya.
"Benarkah ia menyukaiku? Bahkan, kenal pun belum genap satu bulan" pikirku.
Hingga beberapa peristiwa terjadi..
Yang pertama, Ketika aku tengah bercanda dengan Tino-teman sekolah Akmal. Tatapan mata Akmal jelas-jelas menampakan sorot mata ketidaksukaan, bukan hanya itu, terang-terangan dia menghampiri dan berbicara langsung tentang ketidaksukaannya itu kepada Tino. Hingga Tino serta teman laki-laki yang lain kontan menjaga jarak padaku. Dipikir aku mobil dengan stiker "Firla Kursus menyetir" apa yaa -_-
Yang kedua, Rabu pagi aku diantar ketempat PKL oleh Deito. Kebetulan ia sedang libur sekolah, sedang ada acara khusus katanya. Ia mengantarku hingga parkiran kantor, sebelum pulang ia beberapa kali mencubit pipiku dan aku pun membalasnya, kami bercanda ria disana. Dan tanpa sadar, beberapa teman PKL ku melihatnya, termasuk Akmal. Saat aku masuk ke dalam kantor, ada Akmal dan beberapa teman lain sedang berbincang diruang umum.
"Ekhem, pagi-pagi udah pacaran aja"
"Envy gua envy"
"Parah banget lu fir, nyakitin perasaan Akmal"
Apa? Yang terakhir itu suara Tino. Segera ku tolehkan kepalaku kearah Akmal. Dia sedang sibuk dengan Gadgetnya disudut paling pojok. Apakah ia hanya berpura-pura sibuk? Padahal ia melihat dan mendengar semuanya? Entahlah..
Yang ketiga, aku diajak oleh teman-teman lain kerumah Tino, untuk merayakan hari-hari terakhir kami PKL. Rumahnya cukup jauh dari rumahku, yang membuatku sempat ragu untuk ikut. Tapi mereka memaksa dan mengatakan "Yaudah sih, masalah pulang mah gampang, Ada si Akmal, lu pasti dianterin pulang"
"Iya pulang mah gampang, Nanti gua anterin pulang, tenang aja sih. Belum juga berangkat, udah mikirin pulang aja" Itu suara Akmal. Dan aku? Hanya bisa meng-Iya-kan dengan pasrah, sepasrah-pasrahnyaaa..
Dirumah Tino, yang datang bukan hanya kami-Anak PKL KPP Pratama Bogor. Tapi juga beberapa teman sekolah Akmal, Tino Dkk. Saat aku sampai, Ada seorang laki-laki (yang akhirnya aku tau namanya Gio) berkata "Yang namanya Firla yang mana?" Dan aku tanpa tau apa-apa mengacungkan tangan "Gua, kenapa?" Dan si Gio hanya tertawa kecil dan berkata "Oh, yang itu mal" Apa maksudnya?
Dulu, Akmal pernah berjanji padaku, Ia akan menyanyikan sebuah lagu untukku, diiringi dengan petikan gitar. Teman-teman yang lain tau akan hal itu, dan merekalah yang justru menagih janji Akmal padaku. Dan Akmal menepati janji itu, dia menyanyikan sebuah lagu Cinta untukku. Situasinya, Aku dan dia duduk bersebrangan (Banyak teman yang menyuruhku untuk duduk disampingnya, namun aku tak mau) Dan kami hanya berdua didalam ruangan itu. Bolehkah aku mempunyai rasa juga untuknya? Untuk semua perlakuan manis ini?
Setiap ceritaku, tak lain, tak bukan selalu tentang Akmal dan Deito. Ada beberapa teman yang mengatakan, Akmal lebih tulus padaku dibanding Deito. Karena terlihat dari caranya memperlakukanku. Ada juga teman yang mengatakan, Perjuangan Deito kali jauh lebih hebat dibanding perjuangan Akmal untuk meraih hatiku. Lalu, aku harus menentukan pilihan dengan yang mana? Aku tak tau.
"Lu harus pilih, orang yang paling butuh support dan dukungan dari lo fir" Dhea, teman sebangku-ku dikelas. Bisa dibilang, ia bahkan sudah tau segalanya tentangku.
Dan eum, aku bahkan tak tau, siapa yang paling butuh support dan dukungan dariku~~
Tak bisakah ku miliki keduanya dalam satu waktu? Dan biarkan waktu kan menjawab, siapa yang mampu bertahan lebih lama? Yaaa semacam, babak eliminasi alam gitulah. Agar tak ada penyesalan dikemudian hari. Tak bisakah?
Bisa, tentu saja. Karena seseorang yang benar-benar mencintaimu akan punya seribu alasan untuk tetap bertahan. Meski ada ratusan alasan yang memaksanya untuk mundur. Itukah yang dinamakan kekuatan cinta? Entahlah.
"Defirla Tisya Seina.." Itu dia. Orang yang akhirnya lolos dari babak penyisihan alam waktu lalu. Dia memelukku dari belakang, lengannya terjuntai mengelilingi perutku. Aku mendongakkan kepala, dan melihatnya tersenyum dengan sorot mata penuh kehangatan–membuatku merasa amat dicintai.
"Kamu ngapain? Pagi-pagi udah ada dirumah aku? Aku aja belum mandi hehee"
"Emang kalo mau kerumah kamu, harus selalu ada alasan? Lagipula, aku suka sama baunya tauu. Parfum itali keluaran terbaru juga kalah wanginya sama yang satu ini, eum" Dia mengecup pucuk kepalaku.
"Bilang aja kangen sama aku, susah banget sih. Alesan terusss, Milion reason kaya Lady Gaga ahahaaa"
"Dasar yaaa.." Aku segera berlari ke dalam rumah, karena aku tau dia akan melancarkan aksi gelitik kepadaku. Kabuurrr....
Iya, dialah orang hebat itu ~Deito Rizky Assegaf~ Laki-laki sederhana, yang mampu membuatku jatuh terlalu dalam..

-TAMAT-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar